Saturday 26 February 2011

Karet


Suatu siang terang yang dingin, melewati jalan sepi untuk menghindari keramaian kota wisata Köln, mata ini takjub dengan bercak-bercak putih mirip-mirip panu yang bertebaran di trotoar yang ternyata adalah bangkai permen karet! Sungguh mengerikan membayangkan betapa banyak ludah orang banyak yang telah memfosil di trotoar itu hiii..
Jalan searah itu, biasa dilewati mobil yang keluar dari rumah parkir, aku jadi kepikiran apakah setiap orang bermobil dan kebetulan lewat telah dengan sengaja meludah cuiih.. membuang gumpalan permen karet yang tak lagi manis dari rongga mulutnya di trotoar abu-abu yang tak ada PKL-nya itu, membangun sebuah monumen visual bau amis berbagai DNA.
Seorang teman dari Singapura mengaku bangga bahwa di negaranya ada larangan mengunyah permen karet di sembarang tempat, karena menyaksikan sendiri betapa jorok dan kotornya jika bahan lengket, lentur dan molor itu nempel di mana-mana pula sangat susah dibersihkan! Di kota Paris lah, dia merasa pertama kali sadar betapa berharganya aturan itu, karena gara-gara permen karet lah, kota yang sangat terkenal romantis itu adalah kota terjorok yang pernah dikunjunginya! Hah..

Bahan yang berasal dari tanaman yang hanya tumbuh di daerah tropis ini, selain untuk bikin produk senam muka dan industri ban mobil, yang paling penting menurutku adalah untuk bahan isolasi! Tidak bisa dibayangkan betapa susahnya jika tak ada karet, saluran air semakin rumit demi meminimalisir rembesan, tumpuan jembatan jadi tak stabil, semua serba kaku mudah patah, jendela-jendela rumah di eropa tak mampu menutup celah hawa musim dingin yang mematikan, desain mobil dan alat-alat modern lainnya tak akan menjadi seperti yang sekarang, dan slogan pegrafis tak lagi..keep on rolling! Heh..
Tapi tetap saja ingatan tentang karet melulu yang buruk saja, identik dengan sesuatu yang tak patut, misal pasal karet, peluru karet, pemakaman karet, jam karet, apalagi jika rambut terkena kejatuhan permen karet! Wah..
Ingatanku melesat pada karet gelang yang biasa untuk mengikat bungkusan nasi kucing di angkringan atau warung koboi, telah menjadi simbol tak resmi seberapa banyak makan lo! di jaman mahasiswa dulu, bahwa barang siapa yang mengenakan gelang karet banyak berarti telah mampu dan mengisi perutnya dengan teratur! Lebih jauh lagi ke tahun 80-an, adalah tokoh Lupus yang selalu mengunyah permen karet dan menggelembungkannya! cool dan keren abis..anak muda sekali!! Tokoh idola jaman itu berpotongan rambut jambul bagian depan, tipis samping hampir kelihatan kulit kepala, dan keliwir kecil bagian belakang! weeh... mirip intel yang tampil di TV berita kriminal!
Ketika brownsing tentang karet ini, aku ketemu Band Rock Progresif dari kota california, berjudul Djam Karet!! entah bagaimana asal muasalnya sehingga telah begitu terpesona dengan budaya kita yang sangat populer itu atau terilhami dengan lukisannya Salvador Dali!! PReeet...

Puih.... masih mending kalau leher kita panuan, pakai irisan laos dan joget miring, selesai!
Lha kalau jalanan dan trotoar sudah berkadas panu, teknologi negara pertama pun belum sanggup mengatasinya! Nah..



Friday 4 February 2011

Telinga



Kemarin, selesai sekolah ada yang berbeda dengan indera pendengaranku..
Sebelum turun tangga keluar, ku absen dulu ke toilet berkloset duduk yang biasa dipakai berdiri atau nangkring di atasnya, letaknya tepat berada di samping 2 lift yang telah banyak antrian. Setelah buang hajat kecil, ku setengah berlari melalui tangga yang sepi..lebih cepat pikirku daripada menunggu lift yang pasti penuh sesak..aku berharap masih dapat mencapai S-Bahn yang bertolak pada menit-menit itu, kalau tidak aku harus tunggu 20 menit lagi, itu pun tidak ada jalur bis yang melayani jalan ke rumah, kalaupun ada, bis jurusan kampung sebelah kanal, kanal yang berfungsi mengurangi kelebihan debit air Loisach mengalirkannya ke Isar agar kota tua dekat sungai itu tak kebanjiran.

Sampai di depan tangga turun menuju stasiun bawah tanah..sekitar 65 anak tangga!
ada ekskalatornya juga sih di sebelah kanan kiri untuk naik turun, tapi kalau jam-jam pulang kerja.. penunggang berderet penuh pula rotornya lambat bergerak..padahal S-Bahn sudah nge-tem! yang biasanya cuma 1-2 menit saja.... akhirnya terbanglah kedua kaki ini diantara 2 tangga turun mengejar waktu yang cuma 1 menit, sampai di bawah pas ketika titik-titik melingkar signal warna kuning kehijauan pada tombol untuk buka pintu sudah dibunuh bung masinis! Sementara itu kereta belum jalan juga mungkin tunggu signal dari pusat?!..sekarang cuma napas yang tersisa sambil mengumpat-ampit..scheiße! lirih tapi..karena tak sopan..


Ketika itu aku baru menyadari kalau suasana stasiun ini riuh rendah!
Suara derit mesin ekskalator yang tadi terlewati plus beban yang ditanggungnya yang seolah tak pernah berkurang.. sangat jelas menabuh kendang telingaku..
Bisik-bisik tetangga klesak-klesik bahasa multi kulti...tidak hanya deutsch!
Bunyi-bunyian yang kalau paham disebut bahasa itu memenuhi peron dengan 2 jalur kereta S-Bahn, arah Ost Bahnhof(stasiun timur)dan HauptBahnhof(stasiun utama).
Wuuussh.....desir angin es dari arah tangga menyapu sayap telinga.
Kresek-kresek..gesekan bahan plastik, favorit vegan yang menghindari segala produk dari hewan seperti, sepatu kulit, tas kulit, jaket kulit apalagi kulit macan yang nge-rock!!
Klontriing-kllontring..klothek-klothek...koin sen berjatuhan dari mesin tiket otomatis..
Kluthik..nut-nut..nut...koin masuk lobang, jari lincah pencet nomor pilihan..
Nggnng...ngggnn...blurk....makanan ringan dan botol minuman dari lemari otomatis..
Huu..uh..orang tua mencoba tetap tegar berdiri dari posisi duduknya..
krengkeet-kreekeeet..kursi logam bermotif saringan tahu mengucapkan selamat datang atau selamat jalan pada pantat-pantat yang semakin tepos kebanyakan duduk di kantor, sekolah, kasir, seminar, ruang konser, gedung film dan perpustakaan..
Denguung listrik ngiiiing...tanda S-Bahn yang seharusnya membawa aku cepat pulang, menyala dan ancang-ancang berlari keluar dari terowongan 65 tangga ini..
Gemuruh angin dan dengan mesin S-Bahn mengubur riuh rendah sementara.
Tiit..tiiit..tiiit..jegblheek! pintu S-Bahn dari peron sebelah sedang menutup diri..


Ah Scheißee!! kali ini terdengar keras dari mulut pemuda-pemudi gaya masa kini, celana ketat mau copot dengan menampakan celana tidurnya, sepatu kets berlidah yang sebenarnya tak mampu mengusir hawa dingin, jaket gombrong motif distro yang ng-urban.. gara-gara ketinggalan S-Bahn yang baru saja terdengar suara pintunya dari peron sebelah..
Ngeek-ngeek...ngik-ngook..masuk juga sampai ke bawah sini suara pengamen akordion di atas!
Klothak-klothek..klothak-klothek...anggun berwibawa sepatu jinjit wanita karier..
Blussshk...kruuech..tangan masuk kantong jaket mencari kehangatan..
Schroook-shrook...srek-srek..ibu pensiunan mengulik tempat sampah mencari botol yang bisa ditukar 25 sen, sementara hasil pemulungannya tetap di dalam plastik kresek besar berlogo supermarket diskon yang cukup besar dipegangnya dengan erat mungkin takut lupa.!
Kriing...nut-nut...sreeet..tangan menarik resleting mencari sumber bunyi..kemudian..hallo!!
Hahahahaha...entah kenapa..
Mbwuuush! deru angin datang lagi tanda S-Bahn mampir lagi..
Ngiiiiiiing.... jreeeck! S-Bahn berhenti..njjzzzhh.... mesin standby..
Srachk-srechkk, klothak-klthek, gludag-geluduk, orang-orang merangsek merapat kearah pintu kereta..dengan menyisakan sedikit jalan bagi penumpang yang mau turun..
Niit!...tombol bulat di tengah-tengah pintu warna kuning kehijau-hijauan menyala,
Yak! dengan sigap pula tangkas jari atau jempol orang yang berdiri paling depan menyentuhnya, dari dalam juga terdapat tombol serupa dan yang mau turun juga tak mau kalah cepat dari yang dari luar!
Neeeiit..wiuiih..blhrek..pintu membuka terbagi dua kearah menyamping...
Hsh-hsh-hshh....dengus napas memburu membelai pundak antrian..
habis turun naiklah yang baru..
Kreetch-kreeetch..lantai perlack warna abu elastis terinjak sepatu berbagai merek-ukuran..
Krusak-krusek... krengket-krengket..bag-bug..cit-ciiit...dringgg-halo!...duk-jes-dak jes..sess-sesss..jjjzzhhh..ah itu dari sesuatu yang ditancapkan ditelinga..
Klontreeng..sesuatu berbahan logam bagian tas bertabrakan dengan elemen interior S-Bahn yang sungguh modern didominasi warna milenium itu..
Niiit-niiit-nit....jeglherk..pintu menutup lagi, aku ikut rombongan S-Bahn ini karena nmenghabiskan waktu 20 menit lebih menarik di jantung kota Marien Platz!
Ngeeeeng...njzzhh.....ngiiiinnng....S-Bahn jalan lagi..
Gluk-gluk..glegh..sambungan rel mengaduh..
Nngiieeehck-nnngieehck..sambungan atau bordes gerbong bergoyang mencari keseimbangan...
Hahaha..hehehe..hihihi...gelak-tawa beberapa penumpang..tapi lebih banyak diam merenung mengerutkan dahinya.. sebagian menekuri lembaran koran, menelaah tulisan para jurnalis..
Wesh-weeesh..dari kaca terlihat dinding dengan motif deretan papan bekas begesting yang berlarian menjauh kebelakang..gerakan molekul mata tak sanggup mengkap detail-detailnya.
Jeritan serius anak kecil yang merajuk menggoda bapaknya yang saat itu menjadi ibu yang baik,
Dreeeickh.. tsck-tsck...turun dari kereta bayinya.
Blag-bug..lari menjajal seberapa perhatian bapaknya.
Hiihihihi...hehehe...mhhm...orang-orang lain pun tersenyum simpul menyaksikan sang bapak bingung mengatasi percobaan ini..


Beberapa kali ketika mau mendekati stasiun berikutnya, diperdengarkan oleh pak masinis rekaman suara perempuan yang menginformasikan dengan bahasa hoch deutsch bahwa sebentar lagi S-Bahn sampai di stasiun ini, terimakasih telah menggunakan S-Bahn ini, Lift ada di sebelah ini(untuk orang tua dan penyandang cacat atau yang mau cepat-cepat!), kemudian silahkan turun di pintu keluar sebelah sini....terima kasih!
Naaarrrcht.. jeglrechk...kereta berhenti aku ikut rombongan turun ke pusat keramain kota!
Hsh-hsh...shhhh..sssshhss....lemah gemulaiku di antara napas bergegas orang-orang..
Krik-kriiik....nguuuuhck....brahk..kaki ini menginjak ekskalator mengantar ke atas tanah..
sesampainya di atas semakin nyata sayup-sayup dari bawah..
Dang-dung..jreeng-jreeng...gedubrak-gedulk.. blesssh...pemain band amatiran sedang check sound!! jadi ingat masa muda dulu...hehe..

Ternyata hari itu di kota München digelar konferensi Sicherheit(keamanan)seluruh dunia!
Panggung darurat di depan Rathaus didirikan untuk berdemonstrasi menentang perang!
Di depan panggung telah banyak orang berkumpul, berfoto-foto, kasak-kusuk, polisi annti huru-hara bergerombol banyak sekali...aktivis membagi-bagikan koran dan selebaran, ada juga yang berjualan pin tanda rebelian, terdapat puluhan plakat yang memberitakan tentang korban perang dan perdagangan senjata! spanduk di atas panggung tertulis...Tentara Jerman keluar dari afghanistan!!!

aah..menyenangkan sore yang gelap berirama riuh rendah itu!!
Sesekali telinga ini juga harus dimanjakan...

s.m.