Wednesday 2 May 2012

selamat hari raya!


Hari ini adalah selasa yang istimewa, tanggal 1 mei karenanya. Di jerman juga di beberapa negara yang lain setiap tanggal 1 mei telah sejak lama diakui dan ditetapkan sebagai hari libur nasional pun international dan angka di kalender pasti tercetak merah. Hari inilah hari rayanya kelas pekerja. Untuk itu sudah seharusnya di negara kita tercinta Indonesia raya yang mayoritas penduduknya adalah dari kelas pekerja adalah wajar jika setiap 1 mei ditetapkan sebagai hari libur resmi nasional. Jika untuk mengakui satu hari saja sebagai harinya para buruh cukup ribet, mudah dibayangkan bagaimana kondisi kelas pekerja di bumi pertiwi yang kaya raya ini. Dengan terpaksa mereka mengais rejeki di negeri orang, yang terkadang tak ada perlindungan yang wajar, malah dimanfaatkan saudara sebangsa sendiri. Banyaknya kasus yang menimpa TKI menandakan belum optimalnya fungsi negara untuk melindungi warganya. Buruh yang berani bicara malah diintimidasi bahkan tak segan dihabisi nyawanya setelah memakai kekerasan ekonomi tak mempan. Sementara yang lain sengaja dibuat mengambang bingung, sehingga tak ada jalan lain selain menuruti kehendak kuasamodal yang dikabarkan sebagai takdir yang tak terelakan dari langit.

Setiap 1 mei kita kembali diingatkan bahwa ternyata keadaan masih belum memihak pada kelas pekerja, walaupun sudah tak separah seperti masa orde baru, tapi bagaimanapun setiap masalah harus dicarikan solusi. Perlu perjuangan untuk itu, setiap perjuangan butuh energi penggerak. Namun yang tak kalah penting adalah kemauan dari kelas pekerja sendiri, yang mempunyai kekuatan yang sesungguhnya, untuk menentukan kapan saatnya mereka ingin perubahan. Sudahkah kita, kelas pekerja tahu betul kekuatan posisi tawar yang kita miliki? Sudahkah kita, kelas pekarja terorganisir rapi seperti organisasi para pemilik modal?

Bicara soal pergerakan buruh tak akan bisa lepas dari keberadaan tokoh yang satu ini, adalah Karl Marx, tokoh yang kita kenal dengan jenggotnya yang sangat lebat. Sepak terjangnya bersama Friedrich Engels telah memicu revolusi proletar di eropa sebelum perang dunia pertama dan masih sangat berpengaruh sampai sekarang, bahkan di negara kita orang pun masih malu-malu untuk sekedar membicarakannya. Karl Marx masih dianggap hantu bagi sebagian kalangan, bahkan para pembacanya dianggap pengikut setan yang halal darahnya. Bernasib buruk diakhir hidupnya, mati di pembuangan jauh dari tempat kelahirannya. Tapi semangatnya terus menyala turun menurun sepanjang masa.

Kali ini aku mau ajak kawan-kawan sejenak untuk melihat kota kelahiran Mbah Jenggot ini. Trier nama kota itu sekarang, posisinya berada di pinggir sungai mosel dan berbatasan langsung dengan Luxemburg, adalah kota tertua yang dimiliki negara Jerman. Kota ini adalah salah satu pusat pemerintahan kekaisaran terakhir jaman romawi, yang pada tahun 284 masehi dibagi 4 wilayah pemerintahan. Tiga kota lainnya adalah Milan (Italia), Thessalonike (wilayah negara balkan) dan Nikomedia (Izmir, Turki).


Jejak-jejak peninggalan kejayaan jaman romawi masih sedikit banyak bisa kita saksikan. Salah satunya adalah Porta Nigra (Gerbang Hitam), yang dibangun pada tahun sekitar 180 masehi. Bangunan ini dulunya adalah pintu gerbang bagian utara kota Augusta Treverorum (nama kuno Trier). Selain sebagai jalur lalu lintas, juga merupakan tempat jebakan bagi musuh. Di tengah bangunan ini terdapat atrium yang di bagian atas dikelilingi balkon. Dari balkon tersebut para penjaga kota menumpahkan aspal cair yang panas mendidih ke rombongan pengacau atau penyerang yang mau memasuki wilayah kotapraja. Tidak heran jika batu kapur material utama banguan ini semakin legam warnanya, gara-gara terkena bekas cipratan aspal tir. Kemudian namanya pun berganti menjadi Porta Nigra alias gerbang hitam sejak jaman pertengahan. Secara fonetik kata Trier punya kemiripan dengan tir, entah ada hubungannya atau tidak perlu penelitian lebih lanjut.
  
Pada jaman pertengahan atau sering disebut sebagai jaman kegelapan di eropa, porta nigra menjadi bagian dari sebuah gereja, yang dibangun menempel dengan bangunan lama. Sekarang bangunan gerejanya sudah tak ada lagi, yang masih tersisa adalah bangunan asli gerbang yang tetap  kokoh berdiri sampai saat ini.
 

Porta Nigra menjadi saksi bisu jatuh bangunnya kota Trier serta masyarakatnya. Sejak jaman tak bersinyal kekaisaran romawi merambat ke jaman pertengahan yang didominasi gereja dan institusinya terus kemudian ke jaman reformasi kristen Martin Luther, terus invasi dari Perancis lewat Napoleon Bonaparte sampai revolusi proletar yang mengharu biru dunia eropa, kemudian dilanjutkan dengan dua babak perang dunia yang sampai akhirnya pada era modern sekarang jamannya aifon dan blekberi Porta Nigra si gerbang gosong itu tetap bisa tegap berdiri. walaupun pembangunannya tidak menggunakan teknologi yang modern. Keberadaannya seolah mau berteriak kepada siapa saja yang memandangnya: Jangan lupakan sejarah kawan dan belajarlah dari sana, kamu akan bisa bertahan dan mampu melewati masa-masa sulit yang menimpamu!!

Mengamati Porta Nigra yang kokoh menjulang tinggi, yang sejak tahun 1986 telah diakui sebagai warisan dunia oleh unesco dan sekarang menjadi maskot kebanggaan kota Trier, membuatku mau tak mau untuk membayangkan situasi jaman kuno dulu beserta orang-orangnya, tentu juga si kecil Karl Marx sebelum janggutnya tumbuh lebat, dia pasti pernah bermain-main dengan teman sebayanya di sekitar tempat ini. Masa lalu yang menarik untuk dibayangkan tapi mustahil dapat diulangi lagi.

Masih banyak jejak peninggalan jaman romawi di kota ini yang sangat menarik untuk dikabarkan, tapi tunggu sampai episode berikutnya.sm