Thursday 26 November 2009

Cerita Tentang Gagak




Pertama keluar bandara Munich, aku begitu terkesan dengan burung gagak yang ada di sawah-sawah longitudinal di kanan-kiri jalan raya. Burung ini dalam bahasa Jerman disebut die Krähe, warnanya hitam kelam sekujur badan, suaranya serak-serak garing. Mereka banyak terdapat di mana-mana, di taman, kota, desa, di sawah-sawah, dan sebagainya. Sepertinya selain burung merpati yang memang sudah terkenal sebagai penghuni gedung-gedung di kota-kota wilayah Eropa, gagak juga akan menjadi trade mark.
Mereka bisa bertahan dalam suhu yang mengharuskan manusia membungkus seluruh badannya dengan jaket wool yang tebal. Mereka juga telah bisa beradaptasi dengan lingkungan yang telah dibentuk manusia.
Kata kawanku yang lahir dan besar di sini, burung gagak yang ada sekarang lebih banyak jumlahnya, bahkan tak terduga bisa sebanyak itu. Tahu sendiri jika musim dingin suhunya bisa minus...yang ya ampuuun dinginnya. Banyak sekali burung yang mulai berimigrasi ke Afrika ketika suhu di Eropa mulai dingin. Sementara itu butrung gagak tetap bertahan dengan segenap kecerdasannya untuk tetap survive.
Di kota kita bisa lihat burung gagak itu bisa dengan santai sekali berdekatan dengan manusia yang lalulalang di jalan-jalan seolah burung yang jinak. Dan memang orang disini tidak seperti di kampung halamanku yang senang berburu burung untuk dimakan. Jadi mungkin mereka gagak-gagak itu tahu manusia di sini tak akan mengganggunya.
Banyak cerita tentang begitu cerdasnya burung ini untuk survive. Pernah suatu kali orang memperhatikan ada gagak yang menjatuhkan biji-bijian yang keras dari atas ketinggian ke jalan raya supaya pecah kulitnya yang keras agar bisa dimakan isinya. Yang lebih membuat aku penasaran adalah cerita bahwa ada gagak yang menaruh biji-bijian itu di depan roda mobil yang berhenti saat lampu merah, setelah lampu hijau roda mobil akan melindas biji-bijian itu sehingga pecah kulit kerasnya. Sungguh menakjubkan...!
Pada jaman kuliah dulu ketika pertama kali lihat lukisan terakhir yang dibuat van gogh sebelum bunuh diri, ada perasaan seram sehubungan ada banyak burung hitam yang menurutku gagak sebagai simbol kematian. Di situ dilukiskan hamparan sawah kuning dengan dipenuhi burung-burung yang menyerupai gagak yang banyak sekali...apalagi ditambah dengan membaca sejarah hidup sang maestro yang tragis.
Persepsiku tentang sangarnya burung gagak sangat dipengaruhi oleh budaya dimana aku hidup. pada jaman dulu jika melihat burung gagak anak kecil harus segera sembunyi karena dikatakan burung gagak itu membawa-bawa nyawa orang yang telah mati. apalagi jika mendengar suaranya yang sangat menyeramkan untuk seorang anak kecil jaman dulu.
Ternyata lain lubuk lain belalang, penilaianku terkoreksi ketika hadir langsung menyaksikan banyaknya burung gagak yang ada di sini walaupun van gogh tidak hidup di Munich tapi paling tidak alam belanda tidak jauh beda. Jadi memang alam yang sebenarnya yang telah dilukis vincent van gogh yang pernah memotong telinganya karena jengkel tidak bisa digambarnya. Selain burung gagak kata kawanku di sini semakin banyak jenis burung yang dulu belum pernah terlihat berkeliaran di sini. Suatu keadaan yang sepertinya mustahil terjadi di Indonesia. Yang terjadi berjenis-jenis burung telah lama punah. Pada waktu masih kecil pun aku jarang sekali melihat burung gagak. Tapi masih beruntung aku masih sempat menyaksikan burung sikatan yang sering mencari makan di kandang-kandang ternak. Sekarang jangan harap lagi untuk bisa menyaksikan gerak lincahnya selain di kebun binatang.
Pada jaman dulu di Eropa orang yang ketahuan berburu tanpa ijin akan dipotong tangannya. dan yang punya ijin biasanya raja dan keluarganya saja...untung sekarang tidak sekejam itu aturannya. Pun masyarakatnya sudah semakin sadar sendiri bahwa burung-burung harus diberi hak hidup bebas. Ketika musim dingin, ketika segala macam makanan yang ada di alam telah habis atau susah didapatkan burung yang tidak ikut imigrasi ke afrika, orang-orang di sini menyediakan makanan burung yang di gantung di luar, biasanya pada ranting-ranting yang telah rontok habis daun-daunnya. Makanan burung itu dapat dibeli di supermarket yang berbentuk bulatan dalam kantong jaring bertali.
Na ja.. sebelum nanti kita di Indonesia semakin kehilangan banyak jenis burung. Sudah waktunya kita mengikuti apa yang dilakukan orang Eropa dengan membiarkan burung hidup dengan bebas.
Jangan lagi ada perburuan!
Sayangi burung sekarang juga!

Wednesday 25 November 2009

Waspadalah!!

Potensi negatif/jahat selalu akan ada dalam setiap diri manusia yang masih hidup. Karena memang manusia bukan malaikat, yang hanya tahu berbuat baik melulu. Namun hal ini bukanlah sebuah pemakluman atau pembenaran.
Dengan adanya sifat-sifat manusia yang bisa menuju kearah mana saja itu, diperlukan norma yang mengaturnya. Aturan-aturan paling awal secara tak tertulis telah disepakati bersama. Salah satunya adalah menghormati dan tidak mengganggu hak milik orang lain, dengan tidak mengurangi, merusak, meminjam tanpa ijin bahkan tidak mengembalikannya terus-menerus alias mencuri...

Permasalahan hak milik ini menjadi salah satu topik sentral dan merupakan salah satu penyebab gagalnya ideologi komunis. Sekali lagi manusia bukan malaikat..
Dalam segala peradaban perbuatan mencuri merupakan pekerjaan yang sangat memalukan dan tercela. Orang akan merasa sangat malu dan hinanista jika mencuri apalagi kalau perbuatannya diketahui orang lain. Namun seiring dengan perjalanan sejarah manusia, setelah sangsi moral tidak ditakuti lagi maka diberlakukanlah sangsi fisik yang sangat keras, misalnya dengan pemotongan tangan pada setiap pencuri yang tertangkap.
Timbulnya aturan ini sudah tentu diperlukan sebuah lembaga yang mengatur dan menjalankannya. Lembaga yang harus bisa dipercaya oleh semua pihak. Karena dasar manusia bukan malaikat!!..bukan tidak mungkin segala macam aturan itu malah semakin memperumit keadaan. Sangat mungkin terjadi aturan yang bagus disusun dengan mempersempit ruang penyelewengan, tetap saja orang masih bisa mencari celah kelemahannya. 
Berbagai macam perbuatan negatif/jahat manusia hinanista ini dapat terjadi pada siapapun dan di manapun...jika ada kesempatan dan kesempitan pikir manusianya.  Di Jerman pun hal ini dapat juga terjadi apalagi di negara yang kata pengamat ekonomi adalah negara yang termasuk dalam golongan negara dunia pertama!!

Belum lama ini kawan saya telah kehilangan sepeda di kereta api antar kota dari Leipzig menuju Halle. Dikarenakan lantai bawah penuh sesak maka kawan saya itu naik ke lantai atas sementara sepeda tetap di lantai bawah dan tak terkunci (di Jerman ada kereta api yang tingkat tempat duduknya, sebuah inovasi transportasi kota besar untuk menampung lebih banyak penumpang, dulu pernah ada bus tingkat di Solo tapi tidak tahu sekarang!?)..setelah melalui beberapa stasiun untuk menaik-turunkan penumpang sampailah di stasiun Halle, ketika mau turun dari kereta api ternyata sepedanya sudah turun duluan...nggak tahu di stasiun mana... 

Walaupun sekali lagi manusia bukan malaikat!! paling tidak kita yang mengaku sebagai makhluk paling beradab diantara sekalian makhluk hidup penghuni dunia, kita tetap punya pilihan untuk tidak melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. Kata Bang Napi di akhir sebuah acara berita kriminal stasiun televisi swasta : WASPADALAH...WASPADALAH!!  

Wednesday 18 November 2009

Pünktlich!


Naja...tidak terasa aku sudah 11 hari menghirup udara dingin Munich. Sejak minggu kemarin setiap hari menggunakan fasilitas umum transportasi yang nyaman di kota Munich. Bus dan Kereta Api (yang tidak ada apinya lagi alias pakai listrik) jadi satu kesatuan transportasi yang mengawal pergerakan masyarakat Munich. Semuanya sudah terjadwal pasti dalam satu tahun kalender seperti jadwal imsakiyah dan buka puasa dalam bulan Ramadhan.
Masyarakat yang akan menggunakan alat transportasi tidak perlu datang ke stasiun atau Banhof untuk lihat jadwal, semua bisa dilihat via online internet. Melalui internet langsung bisa diketahui berapa lama sampai di tujuan, di mana halte terdekat, dalam menit berapa bus dan kereta datang, terus harus pindah di mana untuk sampai di tujuan, termasuk juga berapa menit harus tunggu transit, berapa menit dibutuhkan untuk jalan ke stasiun transit dan sebagainya.
Semuanya serba terprogram dengan jelas dan tepat waktu, jadi tidak jarang banyak pengguna transportasi musti lari-lari agar tidak ketinggalan, Aku jadi ingat ada film dari Jerman berjudul Run Lola Run!! rupanya cocok dengan budaya di sini. Seperti hari ini hampir saja aku bertubrukan karena berusaha mengejar kereta yang tinggal 2 menit lagi berangkat. Biasanya kereta hanya berhenti kurang dari semenit sekedar menurunkan dan menaikkan penumpang.
Alangkah menyenangkan ya jika fasilitas angkutan umum seperti ini juga ada di negara tercinta kita Indonesia. Angkutan yang bersih, nyaman, cepat, tepat waktu dan serba otomatis.
Kereta api di sini ada 2 macam, yang dalam kota dan antar kota. Yang beroperasi dalam kota namanya S Bahn-singkatan dari Schnell Bahn yang artinya kira-kira kereta cepat!! Kereta cepat dalam kota ini menggunakan tenaga listrik hampir mirip fungsinya dengan Pramex-Prambanan Ekspress atau KRL di Jakarta. Bedanya kereta di sini serba otomatis. Dengan menggunakan teknologi sentuh pintu terbuka dan akan menutup lagi dengan sendirinya. Begitu masuk kereta kesan bersih nyata, tidak terlihat adanya sampah dalam kereta, walalupun tidak tertulis jangan buang sampah sembarangan!
Dalam sistem angkutan umum di sini tidak ada kondektur dan petugas keamanan yang menenteng senjata untuk memeriksa tiket penumpang seperti di Indonesia. Tidak ada penumpang yang iseng ataupun nekat naik ke atas gerbong. Untuk yang satu ini orang Indonesia termasuk yang paling berani karena demi menghindari bayar tiket 2000 rupiah rela bertaruh nyawa!!.Di sepanjang peron terdapat alat untuk melobangi tiket, penumpang sendiri yang melakukannya dengan memasukan tiket ke dalamnya sampai terdengar suara cekrek!dan penumpang harus tahu batas berapa baris tiket yang harus dilobangi untuk suatu tujuan tertentu, tentunya dengan melihat daftar yang ada.
Tidak seperti di Indonesia sopir bis di sini semua berdasi dan rapi layaknya bekerja di dalam kantor. Dalam bis sopir bekerja sendiri, tidak ada kondektur atau kernet cari penumpang. Tidak diperlukan preman Timer seperti yang biasa kita lihat di Jogja dan kota lainnya. Bis berjalan tidak untuk menjaring penumpang melainkan mengikui jadwal semata! jadi pengguna yang diharuskan mengikuti jadwal yang ditetapkan tanpa kecuali.
Bis akan miring merendah jika pintu terbuka, memudahkan penumpang untuk turun seperti pak tukang becak yang menjungkitkan becaknya agar penumpang mudah untuk turun. Pintu masuk penumpang bis lewat depan dan pintu keluar ada di tengah-tengah lebarnya 2 pintu yang membuka secara bersamaan dan ada ruangan kosong di dalamnya untuk ruangan penumpang yang bawa sepeda atau yang menggunakan kursi roda bagi penyandang cacat. Di pintu masuk dan di tengah-tengah bis terdapat alat melobangi tiket.
Oya untuk urusan tiket ada 2 pilihan tiket langganan atau langsung. Untuk tiket langsung dapat dibeli di sebuah lemari otomatis, kita tinggal ketik nama tujuan terus masukin uang, akan keluar tiket dan bahkan uang kembalian!!Walaupun jarang sekali ada pemeriksaan tiket rata-rata penumpang sadar untuk beli tiket dan harus melobangi sendiri tiketnya. Penumpang yang tidak atau lupa tidak melobangi tiketnya tetap dikenai denda jika ketahuan dan statusnya sama dengan penumpang gelap. Dendanya tidak tanggung-tanggung..sangat besar jika di bandingkan harga tiket yang harus dibeli.. semua dipukul rata 40 euro! jika dalam satu tahun tertangkap 4 kali namanya langsung tercatat di buku besar polisi dan dikategorikan sebagai tindak kriminal!! sangat merugikan sekali yah apalagi harus bayar 160 euro hanya untuk jadi seorang kriminil.
Yang menarik ada banyak cara pemerintah kota mengerahkan personelnya untuk menjaring penumpang gelap. Caranya ada yang terbuka dan ada yang menyamar mirip intel untuk menjebak penumpang gelap...yang paling tragis adalah menggunakan nenek-nenek sebagai petugasnya. Banyak yang tidak menyangka kalau nenek-nenek bisa menjadi seorang petugas pemeriksa tiket. Modusnya dengan naik kereta seperti penumpang biasanya, kemudian baru di dalam kereta nenek petugas itu mengeluarkan tanda pengenal dan meminta semua penumpang untuk menunjukkan tiketnya. Sistem pembayaran denda tidak dengan bayar kas di tempat tapi dengan transfer bank. Tidak mungkin bisa seperti di Indonesia dulu misalnya bayar tiket di atas kereta api sama kondekturnya langsung dengan tawar menawar harga.
Di stasiun selalu terdapat layar monitor yang menampilkan jadwal 4 kereta ke depan yang akan lewat beserta tujuan dan berapa menit lagi akan sampai di stasiun itu. Ketika waktu di layar monitor menunjukkan angka 0 bisa dipastikan kereta berangkat, tak perlu menunggu penumpang yang sudah di depan pintu kereta. Contohnya seperti 3 hari yang lalu ketika aku ke kota ada 3 anak kecil kakak beradik yang berlarian masuk kereta karena kereta akan segera berangkat, dan kasihan sekali ketika yang dua sudah masuk kereta namun ternyata yang paling kecil mungkin usianya sekitar 5 tahunan belum sempat masuk dan pintu kereta tidak bisa dibuka lagi. Jadi stasiun berikutnya 2 kakaknya harus keluar untuk tunggu atau kembali dengan kereta yang berlawanan arah.
Dalam kota selain S Bahn terdapat U Bahn (Unter Bahn)yaitu kereta bawah tanah. Jadwalnya hampir setiap 5-10 menit melintas. Jalur-jalur kereta bawah tanah membelah seluruh kota Munich. Bisa dibayangkan seperti lobang-lobang rayap di dalam tanah. Saling silang tapi tidak sengkarut, sekali lagi semuanya rapi dan terjadwal.
Di stasiun yang terdapat pertemuan banyak jalur seperti di pusat kota tidak jarang rel kereta bertingkat-tingkat, dengan pintu masuk yang banyak, benar-benar rumit untuk dipikirkan, apalagi jika mengingat jalur kereta tersebut sudah mulai dibangun sebelum tahun 1972.
Tahun di mana diselenggarakannya Olimpiade Munich yang terkenal sekali dengan peristiwa penyanderaan atlet dari Israel yang berakhir tragis. Kalau kita perhatikan waktu pembangunan jalur kereta bawah itu hanya kurang dari 27 tahun dari berakhirnya perang dunia II yang memporakporandakan seluruh Eropa. Proses bangkitnya sebuah negara yang hancur akibat perang bersamaan dengan merdekanya Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945. Jadi kalau kita hitung sebenarnya waktu tumbuh bersamaan, kenapa negara kita selalu ketinggalan kali ini dalam setiap perkembangan??
sm

Tuesday 17 November 2009

reborn..episode II

Hallo kawan-kawan.. berlanjut cerita tentang pengalaman merantau di lain pulau.

Sesampainnya di Kharisma Adv. kami melihat di sana begitu sibuk para pekerjanya. Mereka sedang mengerjakan papan iklan batu baterai ABC yang berukuran besar dari plat logam banyak sekali, setelah bertanya-tanya baru tahu ternyata papan iklan itu akan di sebar ke seluruh pulau Sumatera, wah hebat juga kupikir perusahaan ini. Dari luar tidak kelihatan sebagai sebuah perusahaan besar, hanya rumah biasa dengan halaman yang lumayan luas tapi kosong, hanya rumput liar yang memenuhi halaman rumah itu. Bengkel kerjanya berada di samping sebelah kiri dengan ruangan los semi permanen berbentuk L, memanjang di pingir tanah bangunan rumah yang dipakai sebagi kantor tersebut.
Ketika kami masuk berkunjung kesana tukang airbrushnya sedang mengerjakan finishing dengan membuat gradasi yang membentuk volume baterai berbagai macam bentuk. Hasilnya dari kejauhan tampak plastis dan menipu mata seolah sebuah hasil foto saja. Sebuah keahlian yang menarik untuk dipelajari. 
Kami akhirnya bisa ketemu sama bos biro iklan tersebut. kami ngobrol di ruangannya...nah pada waktu itulah titik di mana aku akan bertahan di Lampung selama setahun lebih..
Menurut pendapat kawanku aku diperbolehkan bekerja di perusahaan itu atau lebih tepatnya mencari ilmu dan pengalaman. Aku masih dalam periode jaman kegelapan dengan bodohnya aku ikuti juga apa yang ada di benak kawanku itu. Sepulang dari kantor biro iklan tersebut, besoknya kawanku balik ke Jawa dan aku dititipkan ke temannya dengan mengatakan kalau aku besok bisa mulai bekerja di Karisma adv. 
Pagi itu sekitar jam 9.00 ku datang lagi ke kantor yang kemarin kudatangi bersama kawanku. Masih sepi,  rupanya para pekerja belum mulai dan ada yang belum datang juga. Aku ketemu sekertarisnya, telus bilang kalau siap untuk kerja, ternyata dia malah bingung!! kemudian aku disuruh tunggu sampai bosnya datang. 
Sekitar jam 10an bosnya datang dan aku di suruh masuk ruangannya. Sang bos bilang kalau di tempatnya  tidak ada lowongan dan terjadi salah paham dengan obrolan hari kemarin. Kepalaku berat kemudian menggelembung melayang sampai langit-langit, kemudian nampak sepatuku yang menempel kuat di lantai, ruangan mengecil kemudian membesar lagi dan nampak jauh dinding-dindingnya, wajah sang bos meliuk-liuk namun matanya tetap tajam menatapku, keringat dingin mengucur membayangkan nasibku sekarang!?Situasi yang kuhadapi begitu rumit...

Aku sekarang di seberang lautan tanpa siapapun yang bisa di jadikan tumpuan. Baru kali ini ku melakukan perjalanan yang jauuh sekali, satu setengah hari naik bis yang sangat menyiksa, pantat jadi 4 buah, menahan kencing sepanjang malam karena tak ada fasilitas toilet dalam bis yang sudah hampir punah tersebut. Sementara uang yang ada di kantong celanaku sudah pasti tidak cukup untuk pulang ke Jawa. Hanya sampai ke pelabuhan Bakauheni menurut perhitungan ngawurku. Sang Bos biro iklan masih berkata-kata tapi aku sama sekali tidak bisa menyemaknya. Pendengaranku dikeroyok persepsi bahwa nasibku sedang di ujung tanduk. Segera terbayang gelandangan yang tidur di trotoar atau di emperan toko setiap malam di kota kecilku, Klaten. Ikut masuk juga gambaran perempuan eksentrik, tubuh pendek, berkebaya merah, pakai sanggul, berkaca mata, berselendang, selalu menenteng tas kecil seperti mau menghadiri pesta, juga sebuah radio. Melalui radio itulah akan disetel acara musik dan mulailah Gatotkaca, begitu orang-orang di kampungku memanggilnya, berjoget mengikuti irama musik apapun lagunya. Nah ya semua dilakukan untuk mendapat recehan dari belas kasih orang-orang, untuk sekedar makan. Sementara tidur hanya di sembarang tempat. Walaupun Indonesia termasuk dalam iklim tropis tetap saja kalau malam dinginnya menusuk tulang!!Apalagi musim bediding! alias kemarau, karena bumi sedang tidak berselimut awan mega mendung jadi dinginnya minta ampun. Bayangan tentang orang yang terlalu stress kemudian jadi gelandangan dan orang gila membuat putus asa rasanya sudah wajar terjadi. Benar-benar buntu jalan pikiranku saat itu...Ya Tuhan....

bersambung ya.. 

under pressure

ku baru ketemu tulisan tentang pameranku di via2 cafe UNDER PRESSURE

Sunday 15 November 2009

reborn..episode I

Tahun 1998 ketika reformasi mulai melanda di Nusantara tercinta, aku terlahir kembali. Agak terlambat memang tapi sepertinya memang harus begitu jalannya.

Umurku 21 tahun, setengah tahun menjelang piala dunia 1998di Perancis, aku bertolak dari kampung yang telah cukup mengajariku banyak hal. Kota kecil yang tanggung karena letaknya di antara 2 kerajaan besar hasil perjanjian Giyanti pada jaman kolonial. Tujuan ke Lampung, Sumatera atau bumi Andalas. menaiki bus kelas ekonomi dari Kartosuro, berdua dengan kawan yang pernah tinggal di sana tahunan silam. Ongkos tiket ke Lampung waktu itu 22.500 rupiah, sehari sebelumnya aku telah survey tiket termurah dari agen-agen yang agresif di terminal kartosuro.

Dari terminal Kartosuro bis berangkat jam setengah 2 siang. Kondisi di dalam bis seadanya, maklum kelas ekonomi, sebisa mungkin membawa penumpang sebanyak-banyaknya! jarak kursi jok dalam bus sangat sempit, padahal badanku termasuk pendek, lutut musti sedikit naik ke atas nempel di jok depan. Ada 6 baris di bus reyot itu, sesampainya di Bawen masih tambah penumpang padahal kursi telah isi semua, ternyata di lorong tengah ditambah kursi-kursi plastik atau yang kaki-kakinya telah berganti menjadi kayu
Keringat mengalir deras, maklum kelas ekonomi tak ada AC!
Suasana pengap ditunjang oleh panas udara tropis, dalam bus yang sudah karatan di sana-sini itu para penumpang berjubel bersanding dengan karung dan keranjang hasil bumi dan ditambah masih ada yang bawa ayam!!!
Ketika tanjakan bus merambat suaranya meraung-raung minta pensiun. Sesampainya di pelabuhan Merak, para penumpang bisa sedikit menghirup udara segar. kami para penumpang bis sdh tak perlu membei tiket kapal ferry lagi. waktu itu harga tiket menyeberang naik ferry 2.500 rupiah, dengan jangka tempuh 2,5 jam. Aku melihat atraksi yang mengharukan, di mana banyak anak-anak kecil menyelam di laut untuk mengambil koin uang recehan yang dilemparkan para penumpang ferry. Pengalaman pertama naik kapal laut!!

Sesampainya di pelabuhan Bakauheni kami para penumpang kembali masuk bis tua itu, seakan-akan kursi telah diberi nomor! kami pun kembali duduk di tempat semula..setelah sekitar 2,5 jam dari pelabuhan akhirnya sampai juga di Rajabasa, terminal induk kota lampung sang bumi Ruwa Jurai! 
Dari terminal Rajabasa yang terkenal paling sangar se tanah air, kami berdua naik minibus ke arah Metro yang dalam bahasa latin berarti ibu, di mana dulu kawanku pernah tinggal di sana. Begitu sampai di Metro para tukang ojek berlari dan mencoba bergelantungan di pintu bis untuk menawarkan jasa mereka!
Kami langsung menuju ke tempat kawanku dullu bekerja, ternyata tempat kerjanya udah tutup. Kemudian kami bergerak ke rumah-rumah yang masih diingat sebagai tempat tinggal kawan-kawan dari kawanku dulu, untung masih ada juga.. beruntung juga masih ada budaya berkunjung mendadak di tanah air, tanpa pemberitahuan dulu masih bisa diterima sebagai tamu.
Kami bertamu sebentar di satu tempat terus pindah ke tempat lainnya, para kenalan lama kenalan kawanku itu.
Tentang kota Metro, kesanku seperti bukan berada di Sumatera...hampir semua penduduknya berbahasa Jawa, ternyata dulu adalah daerah transmigrasi...makanya di daerah ini terdapat kampung-kampung yang bernama seperti di Jawa, khususnya daerah jawa tengah dan jawa timur sesuai kebanyakan para trans yang menghuni daerah itu. 
Lingkungannya kelihatan bersih dan terawat, jalanan aspal tampak lebih hitam dari pada di jawa, yang membelah rimbun hijau pepohonan sebagai penghubung desa-desa bekas transmigrasi.keseluruhan yang menghubungkan desa-desa, ada desa purwokerto, purwodadi, klaten, blora, dst.
Semalam menginap di Metro, esoknya menuju kota Tanjungkarang, lampung kota. Agak kompleks situasinya, karena teman yang didatangi kali ini seorang perempuan, punya pacar yang sedikit pencemburu. Apalagi kami berdua terpaksa menginap di sana selama 3 malam. Pada waktu siang kami jalan-jalan ke kota lampung, main ke perusahaan-perusahaan advertising yang kami ketahui dari lihat iklan koran setempat..Lampung Post.
Sampailah kami di sebuah perusahaan yang bernama Kharisma adv.
...bersambung...