
Berbusana pun sangatlah berbeda dengan beberapa minggu kemarin, sekarang hampir semua-muanya serba minim, seperti urusan celana yang bertugas menutupi 2 batang kaki sampai pusar, uniknya yang perempuan potongan celananya lebih pendek lagi daripada yang cowok.. seperti hanya pakai celana dalam saja kalau sekilas melihatnya.

Karena suhunya memang benar-benar panas, bahkan lebih panas daripada di tanah air, bau keringat pun merebak di mana-mana. Di angkutan umum lebih-lebih, karena kalau pas jam sibuk, penumpangnya berdempet-dempetan, ujung-ujungnya aku yang berbadan standar selalu kebagian ketiak orang lain.. untung aku sudah pernah ikut ospek di ISI Yogyakarta jadi rasa mual tak muncul... hehe..
Selain main air dan bakar-bakar, kegiatan yang tak kalah pentingnya di musim panas ini adalah berjemur! di setiap taman dan pinggiran sungai terlihat orang-orang bergelimpangan seperti udang rebus!! sempat pas ikut-ikutan menikmati suasana musim panas di pinggiran sungai Isar ada rombongan FKK (Frei Körper Kultur alias nudis) yang dengan gagahnya baca buku sambil berdiri menghadang sinar ultraviolet. Seberang sungai Isar tersebut memang terkenal dengan teritorial kaum yang senang jalan-jalan kothar-kathur dan gondhal-gandhul menyandang tas punggung yang berisi baju dan celananya.
Begitu langkanya suasana musim panas yang benar-benar musim panas saat ini, tak membuat gembira satu teman yang juga kuliah di sini, kilahnya: dia sudah lebih dari 30 tahun melihat matahari jadi sudah bosan dan benci dengan panasnya sang surya.. haha.. tak pelak kemana-mana sekarang dia masih menenteng jaket, seperti layaknya berada di Indonesia raya. Kalau aku sih, mumpung bisa bercelana pendek dan hanya mengenakan oblong di luar rumah, momennya harus dihayati!!
salam kliprik!
(bahasa jermannya lengket karena keringat)