Thursday 28 January 2010

Gedächtnisbuch...apa itu?


Setiap 27 Januari,
sehabis perang dunia II diperingati sebagai hari pembebasan orang-orang yang ditahan di Arbeitlager, lebih akrabnya Kamp Konsentrasi bikinan pemerintahan Nazi Jerman. Konon kabarnya pada tanggal itu pertama kali tentara Rusia membebaskan tahanan yang ada di Gheto-istilah lainnya. Bicara Kamp Konsentrasi, pada jaman Kolonial Hindia Belanda, pemerintah membangun Kamp Konsentrasi -mungkin yang pertama kali dalam sejarah modern- Boven Digoel yang terkenal dengan Tanah Merah, untuk menampung ekstrimis-ekstrimis yang dikatakan menganggu ketertiban umum kala itu. Terutama setelah terjadi pemberontakan rakyat yang dimotori oleh PKI untuk memerdekakan Republik tahun 1926.
Kembali ke 27 Januari,
banyak pameran diadakan, tentang dokumentasi peristiwa yang memalukan peradaban manusia di Eropa itu, untuk melawan lupa juga jangan sampai terulang lagi yang utama.
Di München, Arbeitlager-mirip tempat kerja paksa Romusha di jaman Jepang- terdapat di Dachau.
KZ Dachau ini awal dibuka 20 Maret 1933 oleh pemerintah Hitler untuk politikus Jerman sendiri yang melawan Regime. Sekitar 150 aktivis politik mulai 22 maret menghuni Kamp tersebut. Berturut-turut kemudian mulai 1 April 1938 berdatangan tahanan dari luar Jerman.
Bulan November tanggal 9-10 1938 tercatat masuk tahanan Jahudi yang jumlahnya 10.911.
Sampai pada waktu pembebasan Kamp sedikitnya 43.000 yang mati dari total 202.000 tahanan yang ada di KZ Dachau.
Untuk merangkai semua kejadian pada jaman itu di terbitkanlah sebuah buku- Gedächnisbuch-didasarkan pada penuturan mantan tahanan yang masih selamat dan masih sempat untuk diwawancarai.
Di Waldram, sebuah desa kecil di selatan München terdapat sebuah Gymnasium-SMA kalau di Indonesia, 27 Januari kemarin tidak ketinggalan untuk mengajak menengok kembali ke masa suram dalam sejarah Jerman. Sebuah pameran foto dan dokumentasi hasil wawancara murid Gymnasium tersebut dengan beberapa mantan tahanan yang masih selamat dari KZ Dachau.
Menarik bukan!
Generasi muda walaupun mungkin awalnya sebuah tugas sekolah, tapi kemudian bisa mempresentasikan cerita dari narasumber dengan baik dalam sebuah pameran.
Kita bisa bandingkan kepedulian tentang sejarah dengan generasi muda di Indonesia. Juga bandingkan dengan kemauan pemerintah dalam hal ini yang paling berkompeten dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa. Sudahkah pemerintah kita mendukung kajian sejarah yang mencoba menguak luka lama, di periode kapanpun? baik itu sejak jaman kolonial Belanda sampai euforia Reformasi?
Karena bagaimana pun juga kalau ingin mengobati luka harus lah dilihat, diperiksa, dipelajari, dan dianalisa luka tersebut biar tepat dosisnya sehingga cepat sembuh dan bisa sehat normal selayaknya manusia. Bukannya ditutup terus menerus dibiarkan saja koreng itu sampai membusuk dan berbau amis mengerikan.......
Tidak sedikit komentar yang mengatakan ngapain urus masa lalu? Saat ini aja hidup sudah susah!!
Nah ya mereka tidak sadar hari ini adalah terusan yang kemarin, kalau tidak mau melihat lagi yang kemarin tidak akan pernah bisa belajar dari kesalahan kemarin untuk kebetulan hari ini.....

1 comment:

  1. betul...
    belajar dan belajar dari setiap hari yang sudah kita lalui...

    ReplyDelete