Suatu ketika ketika kami hampir meninggalkan wilayah kebun
yang luas itu menuju wilayah asing tetangga, lewatlah „montor pelet“ itu di jalan
raya sana yang melintasi pinggiran kampung kami, suaranya meraung-raung mencari mangsa. Orang tua kami pun langsung teriak komando:
awas ono montor pelet, masuk rumah!! Kami, aku dan sepupu-sepupuku yang sedang konsentrasi
dengan permainan „ndog-ndogan“, langsung lari tunggang langgang masuk ke dalam
rumah. Hanya berani mengintip dari lobang kunci, penasaran dan takut, perasaan
campur aduk ingin melihat bentuk yang sebenarnya makhluk yang dikabarkan sangat
keji tersebut. Ternyata tak muncul juga “montor pelet" itu, yang muncul kemudian adalah
semakin riuhnya fantasi dikepala kami, semua hal yang menakutkan menjadi-jadi
dan menari-nari di kepala, rasa takut akan montor pelet pun bertumpuk-tumpuk.
Pada suatu siang
ada sebuah mobil VW combi, belakangan namanya saya tahu setelah saya bukan
balita lagi, melintasi jalanan kampung kami yang sepi, mau kemana tujuannya nggak
penting, yang jelas mobil itu hanya melintas di atas jalanan "makadam" yang jarang
dilewati kendaraan apapun selain sepeda dan pejalan kaki, anehnya walaupun tak
mengeluarkan bunyi-bunyian seperti "montor pelet" yang lewat di jalan raya tempo
hari. Kami langsung disuruh masuk rumah untuk menyelamatkan diri. Lagi-lagi,
kami terbirit-birit mematuhi perintah orang dewasa. Menjadi jelas sekarang bagi kami gambaran makhluk yang disebut “montor pelet” itu.
Akhirnya seperti sudah diatur, saya bisa menulis kisah ini dengan selamat pula di negara produsen "Montor Pelet". Haha!