Sunday 2 November 2014

Montor Pelet



Pada waktu aku masih ballita, ada istilah „montor Pelet“. Montor adalah pengucapan jawa dari kata Motor atau dalam hal ini mobil, sedang pelet dari melet posisi lidah yang menjulur keluar. Mungkin  karena bentuk depan mobil itu menyerupai orang yang menjulurkan lidah alias melet, makanya disebut pula Pelet, bukan pelet yang dimaksudkan sebagai guna-guna atau santet. Istilah tersebut salah satu yang menakutkan. "Montor Pelet" itu dikabarkan gemar memakan anak kecil. Makanya sebagai peringatan untuk kami anak kecil agar tak jauh-jauh dari halaman rumah sendiri ketika bermain-main. Cukup disekeliling rumah saja, memang cukup beruntung kami masih menikmati lingkungan desa yang asri dengan kebun yang cukup luas pun rindang,  jadi sebenarnya lebih dari cukup jika dibandingkan dengan kondisi sekarang.
 
Suatu ketika ketika kami hampir meninggalkan wilayah kebun yang luas itu menuju wilayah asing tetangga, lewatlah „montor pelet“ itu di jalan raya sana yang melintasi pinggiran kampung kami, suaranya meraung-raung mencari mangsa. Orang tua kami pun langsung teriak komando: awas ono montor pelet, masuk rumah!! Kami, aku dan sepupu-sepupuku yang sedang konsentrasi dengan permainan „ndog-ndogan“, langsung lari tunggang langgang masuk ke dalam rumah. Hanya berani mengintip dari lobang kunci, penasaran dan takut, perasaan campur aduk ingin melihat bentuk yang sebenarnya makhluk yang dikabarkan sangat keji tersebut. Ternyata tak muncul juga “montor pelet" itu, yang muncul kemudian adalah semakin riuhnya fantasi dikepala kami, semua hal yang menakutkan menjadi-jadi dan menari-nari di kepala, rasa takut akan montor pelet pun bertumpuk-tumpuk.

Pada suatu siang ada sebuah mobil VW combi, belakangan namanya saya tahu setelah saya bukan balita lagi, melintasi jalanan kampung kami yang sepi, mau kemana tujuannya nggak penting, yang jelas mobil itu hanya melintas di atas jalanan "makadam" yang jarang dilewati kendaraan apapun selain sepeda dan pejalan kaki, anehnya walaupun tak mengeluarkan bunyi-bunyian seperti "montor pelet" yang lewat di jalan raya tempo hari. Kami langsung disuruh masuk rumah untuk menyelamatkan diri. Lagi-lagi, kami terbirit-birit mematuhi perintah orang dewasa. Menjadi jelas sekarang bagi kami gambaran makhluk yang disebut “montor pelet” itu.

Konon kabarnya pada tahun-tahun itu beredar rumor banyak penculikan anak kecil, sehingga untuk menghindari sesuatu yang tak diinginkan para orang tua di kampung kami membuat mitos montor pelet tersebut. Apa pun alasannya keselamatan anak dari ancaman yang tidak diinginkan adalah tanggung jawab orang tua. 

Akhirnya seperti sudah diatur, saya bisa menulis kisah ini dengan selamat pula di negara produsen "Montor Pelet". Haha!

No comments:

Post a Comment