Sunday 13 December 2009

MATAHARI


Masih ingat sekali dalam pelajaran di Sekolah Dasar bahwa Matahari adalah sumber energi utama di bumi. Jaman dulu matahari dianggap sebagai Dewa, disembah dan dirayakan keberadaannya. Sampai sekarangpun masih ada jejak penghormatan manusia terhadap matahari walaupun bukan sebagai Dewa lagi. Kata Sunday yang dalam bahasa Indonesia dibilang hari minggu adalah hari matahari, sedangkan kita tahu bahwa hari minggu adalah hari libur.  Bangsa Mesir kuno yang telah sangat canggih peradabannya termasuk pemuja matahari sebagai dewa.
Matahari adalah pusat kehidupan, matahari mati akibatnya kehidupan mati juga.
Di negara yang terdapat musim di mana kuantitas sinar matahari sangat sedikit sangat terasa sekali pentingnya sinar matahari bagi kehidupan. Pada musim tersebut tumbuhan tidak bisa hidup. Suasana muram sekali dan seringkali membuat depresif. Kehadiran sinar matahari sangat ditunggu-tunggu karena begitu matahari datang lagi kehidupan lebih cerah ceria menyenangkan.
Sebagai makhluk hidup manusia pun tidak luput dari ketergantungannya dengan matahari. Pada waktu matahari tenggelam adalah waktunya tubuh kita beristirahat. Pengalaman membuktikan jika begadang malam hari tidur yang diperlukan pada siang harinya lebih banyak jika dibandingkan dengan tidur malam hari. Masih untung jika kondisi masih fit setelah bangun dari tidur siang. Hal ini berbeda dengan aktifitas siesta.
Manusia adalah penguasa di bumi. Sejak jaman renaisance manusia adalah pusat, dengan otoritasnya manusia telah berhasil membangun peradaban yang demikian pesatnya. Ilmu pengetahuan manusia telah menghasilkan solusi peradaban termasuk dibidang energi. Olahan minyak bumi salah satunya. Minyak yang dihasilkan dari penambangan endapan fosil jutaan tahun silam yang berada jauh di dalam perut bumi. Ilmu pengetahuan juga yang membawa pada kesimpulan bahwa energi minyak bumi dari fosil tersebut tidak bisa diperbaharui alias kalau habis ya habis titik. Dengan ilmu pengetahuan juga mulai dicari alternatif energi yang lebih murah dan dapat diperbarui. Sekali lagi dengan ilmu pengetahuan juga manusia mulai membaca efek samping yang telah ditimbulkan peradaban minyak bumi, ternyata tidak ramah lingkungan. Matahari dilihat kembali dengan sudut pandang berbeda, sebagai solusi energi yang murah dan ramah lingkungan. 
Sebetulnya sudah banyak kemajuan dibidang pemanfaatan energi matahari sebagai ganti minyak bumi, ironisnya terutama di negara-negara yang terdapat sedikit sinar matahari. Di negara-negara tersebut hampir di setiap rumah sekarang atapnya nampak panel-panel surya untuk menangkap energi matahari yang digunakan untuk kebutuhan energi rumah tangga seperti listrik dan memanaskan air. Karena bisa dibayangkan kalau tak ada air panas bisa dipastikan penghuni negara itu akan tersiksa kalau mau mandi di musim dingin, ah.. setiap kesulitan ada kemudahan.
Sedangkan negara Indonesia yang sepanjang tahun kaya akan sinar matahari, pemanfaatan energi tersebut belum banyak terlihat. Sudah lumayan sekarang banyak terlihat lampu lalulintas ada yang telah memakai energi matahari. Kita juga sudah lama memakai kalkulator yang memakai energi sinar.
Begitu lama ilmu pengetahuan pemanfaatan energi matahari ditemukan namun anehnya sampai sekarang seperti jalan di tempat. Banyak alasan yang dikemukakan, misalnya tentang SDM dan mahalnya pembuatan alat pengolah energi matahari. Sebuah alasan yang kurang tepat karena bahan bakunya akan gratis sepanjang masa. Sedang SDM, dengan segala keterbatasan banyak manusia Indonesia yang bisa cerdas tak terduga. Apalagi jika dibandingkan dengan banyaknya biaya untuk pengolahan energi minyak bumi, lebih-lebih efek polusi yang ditimbulkan. eh..malah ada keinginan yang aneh mau bikin PLTN!!!..Energi Nuklir yang jelas sudah terbukti sangat berbahaya dan mahal!!
Sekali lagi segala keputusan yang menyangkut hajat hidup orang banyak kadangkala hanya tergantung segelintir orang yang sedang berkuasa. Mungkin juga para penguasa belum ketemu pola yang pas jika kesempatan untuk memonopoli energi semakin dipersempit. Apalagi semua yang ada di bumi serba berkaitan tidak bisa tidak, satu bumi bermacam-macam populasi, ada yang menguasai dan ada yang dikuasai. Dengan perangkat lunak ataupun keras hegemoni terus terjadi. 
Ah.. semoga saja manusia yang sedang dilimpahi berkah berkuasa sedang tidak menganut falsafah....gajah dipelupuk mata tidak kelihatan sementara semut di seberang lautan nampak jelas padahal tidak.

1 comment: