Saturday 12 December 2009

Cemplung, Kasihan, Bantul


Awal tahun 2001 sampai awal 2006,
setelah sekian lama menggelandang kabur kanginan, nebeng kosan kawan ini dan inu atau jadi penunggu kampus ISI Sewon yang harus siap uji nyali setiap hari, setelah rencana ngapling di ruang kuliah bekas FSRD ISI Gampingan (sekarang Jogja Nasional Museum) yang merana karena ditinggal institusi resminya ke kompleks baru yang lebih mirip bangunan pasar Bringharjo atau kantor kecamatan di negeri ini(sebuah tipe arsitektur yang menggejala dewasa ini buah karya arsitek sekelas alumni STM) tidak jadi diteruskan, walaupun segala fasilitas tersedia gratis!!(misalnya air, listrik juga sewa kamar) karena aku terlalu penakut, bisa dikatakan terlalu ngeri dan trauma dengan insiden penyerangan primitif oleh kelompok yang membawa-bawa nama Tuhan, sambil melempari kaca dan memukuli orang-orang yang kebetulan ada di sekitar bangunan tersebut ketika gerombolan itu menyerbu..... akhirnya aku putuskan untuk sewa atau kontrak rumah menjauhi hiruk pikuk kota hampir metropolitan yang tanggung.

Bersama kawan kampret, aku dapat rumah bekas kontrakan senior di jurusannya, patung.
Lokasi rumah di utara persis jembatan merah yang bersejarah, sebelah barat pabrik gula dan spriritus Madukismo, Cemplung, Kasihan!!!
Empunya rumah Mbah Djojo, tinggal sendiri, 2 anaknya telah berkeluarga, punya rumah sendiri-sendiri, tapi masih satu kampung juga.
Rumah kontrakan itu sekitar 3-4 meter di bawah jalan, pinggir sebelah timur kali bedhok.
Perlu mental baja untuk turun naik dengan motor atau sepeda karena begitu curam dan terjal tanjakannya. Beberapa kawanku telah terjungkal ketika naik turun naik motor tapi nggak sesuai gigi yang dibutuhkan.

Desain rumah seperti pada umumnya desain rumah orang biasa jaman ini, sebuah desain yang tanggung, tidak modern pun juga tidal tradisional, mungkin posmo haha!!.
Beratap segitiga sama sisi, luas kira-kira 24 meter persegi(4x6), terdapat ruangan agak luas bentuk Letter L , 2 kamar tanpa pintu dengan boven kecil berkaca di tiap kamar, pintu depan dan belakang segaris, jadi dari pintu depan bisa lihat ruangan setelah pintu belakang. Terdapat jendela kayu 2 buah di bagian depan sebelah kiri, jendela kaca kecil yang jadi satu dengan pintu depan. Pintu belakang menghubungkan ruangan berlantai tanah yang ditempati mbah Djojo dan kadang teman-teman seangkatannya yang datang berkunjung, dari situ kalau terus belok ke kiri menuju dapur. Di dapur yang beratap pendek, yang kasaunya dari berbagai macam bahan kayu bekas, permukaannya hampir datar. di tempat itu kami diperbolehkan mengolah kemampuan memasak sejak dini. Teknik memasak mungkin terbilang kuno, memakai bahan bakar kayu yang didapat dari kebun, dengan tungku gerabah (keren)..

Pada waktu pertama pindah ke rumah di bawah jembatan tersebut, sungainya jernih sekali dan banyak ikannya. Ada Lele, wader, belut, udang, yuyu, cethul dsb. terutama sekali ikan sapu-sapu yang sangat terkenal di Ciliwung. Aku masih sempat menikmati kesegaran air bedhok dengan mandi dan cuci di sana. Kian hari air sungai makin kotor! juga makin dangkal, walaupun begitu masih ada orang kampung yang memanfaatkannya untuk MCK. Pernah satu kali pas kami sedang main-main di sungai, dari hulu datanglah rombongan coklat kehijau-hijauan krampul-krampul, belakangan baru tahu kalau itu kotoran babi dari perternakan babi di daerah atas di mana sungai itu berhulu, tanpa babibu langsung ku loncat dari air.
Pada jam-jam tertentu, biasanya pagi sekali atau sore hari juga malam hari, diperdengarkan suara benda jatuh dari atas jembatan. Bungkusan plastik kresek tersimpul yang berisi sampah rumah tangga campur aduk. Mungkin karena di sekitar kampung itu banyak terdapat perumahan RSS yang problem sampahnya tidak dipikirkan solusinya.

Pinggir sungai sebelah barat bertebing curam, hampir ambrol karena erosi tergerus air sungai, dengan sedikit pohon bambu yang terlihat telah tampak payah mengaitkan akarnya ke dalam tebing, supaya tak ikut terbawa arus sungai. Di atas tebing adalah TPA limbah pabrik gula Madukismo. Pabrik itu terkenal sekali dengan sebutan pabrik gula padahal yang tak kalah penting bahkan paling penting juga produksi spriritus juga alkohol!! kata sebuah sumber setiap musim giling ada beberapa truk tangki militer yang angkut alkohol murni dari situ, entah untuk apa?!
Ketika musim giling tiba, ya ampun! bau tengik dan hitam abunya kemana-mana. Abu madukismo terkenal susah di sapu, karena begitu disapu dari lantai bekas hitam goresan sapu nampak menghiasi lantai. Namun semua itu dianggap wajar saja oleh sementara orang yang tinggal di situ, mau apa lagi lha orang kecil ndak isa nuntut, apalagi untuk berpikir yang besar-besar paling-paling menggerutu saja.....
TPA itu juga termasuk ladang basah untuk mengais rejeki. terutama ketika habis musim giling. Ketika ada truk yang mau buang sampah dari pabrik, ramai-ramai orang-orang yang tidak kerja atau tidak punya pekerjaan termasuk yang sedang aktifitas di sungai segara berlarian berlomba mendapatkan harta karun yang bisa ditukar uang, yang paling beruntung ketika menemukan sesuatu yang berat macam besi tua dst.

Ketika musim hujan datang, suasana rumah lembabnya bukan main....air dari bawah lantai naik! lantai semen di dalam rumah ikut basah ngecemes!! Semuanya jadi  berjamur tak terkecuali......so dinding bercak berjamur merupakan pemandangan yang biasa. Yang paling menjengkelkan lukisan tugas kuliah bertotol-totol putih mushrom lebih-lebih yang berbahan cat minyak..kalau badan sih scheiß egal..(ada seorang kawan yang coba atasi problem jamur pada kanvas memakai obat panu!!!)

Namun bagaimana pun juga aku tetap merasa beruntung dapat dan pernah tinggal di sana, warga di kampung situ bisa memahami sifat asosial mahasiswa seni pada umumnya, penting juga karena uang sewa hanya 500 ribu setahun, pajak listrik paling banter cuma 25 ribu, cocok dengan kondisi finansial mahasiswa kere berdikari. Selain itu aku masih sering dapat jatah makan dari empunya rumah. Mbah Djojo mungkin juga senang karena ada yang menemani tinggal di sebuah dataran yang otomatis hanya ada 2 rumah yang saling berjauhan, selebihnya kebon suwung yang sedikit horor!!


No comments:

Post a Comment