Sunday 23 May 2010

The Da Vinci Code in Paris


Paris adalah kota super romantis kata cerita angin yang masuk ke indera pendengaranku. Selanjutnya saking indahnya diberlakukan istilah Parisj van Java untuk kota Bandung yang sedianya mau dijadikan ibukota baru Hindia Belanda setelah kota Batavia terlalu padat.
Sudah banyak karya film, puisi, prosa juga lagu yang mengumandangkan suasana syahdunya ibukota Perancis ini. Makin asoy.. geboy.. jika backgroundnya menara Eiffel, menara besi yang sampai sekarang masih yang tertinggi di pinggir sungai Seine yang sepanjang tahun selalu ramai dikunjungi oleh turis. Melebihi perkiraan sebenarnya menara tersebut itu bisa bertahan sampai sekarang, padahal awalnya diperkirakan hanya akan bertahan 10o-an tahun bahkan oleh artsiteknya sendiri yaitu pak Eiffel.
Paris juga punya Louvre, sebuah museum besar berdiri megah di atas bekas reruntuhan Burg terletak di pinggir sungai Seine juga, yang memiliki koleksi ya ampun buaaanyaknya, meliputi artefak dari jaman Messopotamia, Mesir, Yunani sampai jaman industrial masa kini, butuh sepasang kaki yang tangguh untuk meng-khatam-kan semua koleksinya...
Terutama sekali yang menjadi menu wajib pengunjung di Louvre adalah lukisan yang berjudul Monalisa dari seniman renaisance jenius yang multi talent, pengidap asam urat, konon kabarnya adalah Gay dari Italia Leonardo da Vinci, apalagi setelah belum lama diterbitkan sebuah novel Davinci Code dari Dan Brown yang cukup menghebohkan walaupun filmnya kurang berhasil. Untuk lukisan Monallisa yang mempunyai senyuman misterius tersebut telah disediakan tempat display yang khusus untuk menghidari kemungkinan yang terburuk (pernah hilang dicuri)misalnya dengan adanya kawat pagar berjarak 5 meter dari karya karena begitu banyaknya orang yang ramai berebutan ingin mengapresiasi lukisan cat minyak yang berukuran mini dibandingkan karya seni kontemporer seniman muda yang lagi laris di bumi pertiwi, lukisan tersebut cuma sebesar 50x70 cm, namun kabarnya karya tersebut merupakan karya kesayangan dari pelukisnya sendiri, karena konon lukisan tersebut selalu dibawa kemanapun mbah da Vinci mengembara sampai benar-benar selesai dikerjakan. Selain penikmat karya seni lukis yang serius, terdapat juga pengunjung yang menurutku prosentasinya lebih besar, hanya sekedar mengabadikan dirinya berdekatan dengan lukisan yang sangat terkenal itu.
Dasar orang banyak!, entah nggak tahu atau nggak peduli.., sangat jelas tertulis juga terdapat ikon di sudut-sudut museum bahwa pengunjung diperbolehkan memotret asal tidak memakai kilat atau flash-blitz, yang terjadi di lokasi di mana lukisan Monalisa digantung suasananya lebih mirip ketika terjadi pemutaran perdana sebuah film di mana terdapat karpet merah yang dilewati para selebritis dan insan perfilman dengan beribu flash gemerlapan menyambar dari kamera fotografer....clap..clap...meriah tentu saja...tak lupa jari membentuk simbol V terus deretan gigi entah yang tonggos berkawat atau yang kuning nikotin musti dipertontonkan!
Kota Paris bisa dibilang beruntung ketika perang dunia kedua berkecamuk, kebetulan waktu jatuh ketangan Nazi Jerman, nasib kota dan bangunannya tidak mengalami kerusakan yang berarti, sehingga sampai sekarang kita masih bisa menikmati hasil karya arsitek jaman baheula, tentu saja yang masih terawat dengan baik.
Paris..oh ..paris...masih banyak kata yang akan berlanjut...
sm

No comments:

Post a Comment