Friday 1 May 2015

Selamat hari pendidikan

Saya sering keliru antara tanggal 2 mei dan 20 mei, dulu kesannya tanggal 2 mei karena secara visual lebih kurus, jadi lebih cocok jika dihubungkan dengan hari kebangkitan nasional dan tanggal 20 sehubungan dengan angka nolnya, lebih afdol kalau dikaitkan dengan dunia pendidikan, karena nol adalah kosong menandakan otak kosong yang perlu diisi dengan pendidikan yang berguna. Ternyata semua pranalarku keliru.. makanya setiap ujian PMP yang menanyakan soal itu membuatku kalang kabut...hehe..

Sekarang untungnya tak pusing lagi soal tanggal-tanggal itu, lambat laun setelah mendekati uzur, angka dua urutannya adalah setelah satu. Agar tak lagi bingung dan terbalik antara Hardiknas dan Harkebnas, saya selalu berpikir bahwa para pekerja juga harus terus belajar! Setelah hari buruh tanggal 1, pendidikan tanggal 2, artinya sambil kerja keras kita harusnya tetap belajar sampai liang kubur! waaaaa horor..

Kenapa tanggal 2 mei ini disebut dengan hari pendidikan nasional? jawabannya silahkan cari di google, pasti ada, yaitu hari ulang tahun ki hajar Dewantara, pendiri taman siswa dan mantan menteri pendidikan.
Yang sering saya tanyakan dalam hati, kenapa tidak sebulan setelahnya yaitu 2 juni hari ulang tahun Tan Malaka, yang dijadikan hari pendidikan nasional?
Tan Malaka bersama Semaun dan Darsono mendirikan sekolah rakyat yang menerima bahkan menganjurkan rakyat jelata untuk menikmati indah dan pentingnya belajar di sekolah. Tan Malaka memang lebih muda 8 tahun 1 bulan dari Ki Hajar, namun sebelum Taman Siswa didirikan pada tanggal 3 juli 1922, Tan Malaka sudah ditangkap penguasa kolonial Belanda 13 februari 1922, karena sekolah-sekolah rakyat yang didirikannya semakin meluas dan mendapat sambutan hangat oleh semua kalangan. Ironisnya beliau ini ditangkap ketika menghadiri peresmian sekolah rakyatnya di bandung. Nah..

Nasi telah menjadi bubur.. bubur pun tetap enak di makan apalagi pakai sambel lethok bikinan emak!
Tak perlu dan tak ada niat untuk menuntut pergantian Hardiknas ini, yang terpenting nama baik tokoh pendiri bangsa dan guru sekalian tokoh revolusi ini dibersihkan dari coreng moreng jelaga orde baru.
Eh, mungkin banyak yang belum tahu kalau yang menerjemahkan lagu khas sayap kiri: the Internationale adalah Ki Hajar Dewantara, tokoh yang hari ulang tahunnya kita peringati sebagai Hardiknas.
Tanya: Atau orde baru sebenarnya belum mati?




No comments:

Post a Comment