 |
Sri Maryanto, 4 Kepala, 2000, Cat air di atas kertas |
|
Hari ini setengah abad lampau sejauh yang aku dengar kabar burungnya, juga aku baca beberapa gelintir cerita yang sempat tertulis, suasana di jakarta sangat mencekam! bukan hanya di jakarta tapi di mana pun di seluruh wilayah indonesia, terutama di daerah di mana terdapat aktifis kiri berada. Antara bingung mau bertindak atau diam saja!
Dua kubu yang bisa diibaratkan minyak dan air sedang dalam gesekan. Mereka belum tahu apa yang akan terjadi selanjutnya bahkan tak akan pernah tahu kalau dari peristiwa 50 tahun silam masih membekas sampai generasi sekarang bahkan dikhawatirkan masih akan terus menghantui generasi masa mendatang, selama belum ada penjelasan dari pihak pemerintah yang berkuasa, bagaimana sebenarnya peristiwa yang ditutup-tutupi itu bisa terjadi.
Kepada kami terus diberitahukan bahkan terus menerus dipaksa menerima pengetahuan sepihak bahwa orang-orang kiri itu lah yang memberontak, menyiksa dengan kejam, memotong kemaluan, mencongkel bola mata, pesta sex dan yang terakhir menurutku doktrin paling sukses adalah mengelabuhi orang banyak adalah bahwa orang-orang komunis itu anti Tuhan!.
Berita tentang otopsi dari tim forensik pada mayat tentara yang dikeluarkan dari lobang sumur tua tak pernah sampai masuk ke pemikiran masyarakat, karena beberapa alasan diatas telah menutup semua akal sehat sehingga tak lain dan tak bukan segera bertindak menuntut balas, yang lebih kejam lagi. Ephoria amuk mendapatkan bahan bakarnya. Para pelaku pembantaian lupa diri kalau mereka adalah juga manusia bukan dari golongan hewan. Alasan yang klasik adalah lebih baik membunuh dahulu daripada dibunuh.
Pembantaian massal yang terjadi pada hari, bulan bahkan beberapa tahun berikutnya itu tak pernah dipelajari dalam sejarah resmi. Aku masih beruntung masih sering mendengar celoteh saksi mata yang mengatakan bahwa di sungai-sungai besar yang melintasi kampung-kampung terpencil itu tempat mengebumikan orang kiri atau yang dituduh sebagai kiri, jadi tempat itu sekarang menjadi angker, hati-hati nak!. Celotehan yang mungkin tidak secara sengaja malah akan terus menghidupkan sejarah secara lisan, bahwa dulu telah terjadi peristiwa yang besar dan membekas dalam ingatan massal, seperti sebuah dongeng tutur tinular yang terus hidup tanpa dituliskan, kecuali jika cerita itu sudah sangat membosankan. Namun perlawanan terhadap rasa takut akan terulangnya peristiwa itu terjadi secara alamiah digethok tularkan kepada generasi penerus, suasana menakutkan yang diteruskan sebagai peringatan.
Pengetahuan yang dicekokkan ke otak siswa sekolah dasar negeri inpres oleh sang pemenang sama sekali berbeda dengan pengetahuan yang didapat langsung dari lingkungan. Ada sesuatu yang aneh yang dulu tak terbantahkan namun tidak tahu mau bertanya kemana. Ada dua kenyataan yang berdampingan tapi tidak saling bersentuhan, seperti air dan minyak.
Akhirnya rezim Suharto hancur tapi belum lebur, sejak itu kabar tentang peristiwa kelam tersebut semakin santer dan terbuka. Belakangan aku baru tahu, ternyata banyak tokoh-tokoh pemikir bangsa legendaris, yang ironisnya tak hidup di jaman Gestok pun ikut dihilangkan, karena dianggap mengancam pengetahuan yang sudah diresmikan pemerintahan Orde Baru. Begitulah setelah Orde Reformasi yang basa basi membuka keran kebebasan bersuara, paling tidak masyarakat sudah diberikan peluang untuk melihat dengan kacamata seimbang peristiwa masa lalu yang mendasari tatanan sosial pemerintahan sekarang.
Sudah jatuh tertimpa tangga, begitulah kondisi PKI dan ormas-ormasnya waktu itu, sudah divonis bersalah, walaupun belum tentu benar, dikejar-kejar, diburukan dan dibinasakan, tetap saja tak ada ampun untuk anak cucunya. Siapa yang bertanggung jawab: aku kira semua bisa menjawab tapi tak mampu melakukan apa-apa selain mengeluh dan mengeluh, karena negara lah yang paling berkuasa melakukan itu semua. Aku pribadi setiap dengan kata Rezim konotasinya sungguh mengerikan sekali.
Besok, setiap tanggal 5 Oktober akan diperingati secara besar-besaran hari ABRI, yang akan mempertontonkan kekuasaannya kepada rakyat biasa. Jangan macam-macam dengan yang punya senjata, kau akan binasa. Tentara untuk mengamankan negara dari ancaman luar malah mengancam dan memerangi rakyat sendiri, aneh.
Selamat menikmati ketakutan kawan atau melawan!