Wednesday 18 November 2009

Pünktlich!


Naja...tidak terasa aku sudah 11 hari menghirup udara dingin Munich. Sejak minggu kemarin setiap hari menggunakan fasilitas umum transportasi yang nyaman di kota Munich. Bus dan Kereta Api (yang tidak ada apinya lagi alias pakai listrik) jadi satu kesatuan transportasi yang mengawal pergerakan masyarakat Munich. Semuanya sudah terjadwal pasti dalam satu tahun kalender seperti jadwal imsakiyah dan buka puasa dalam bulan Ramadhan.
Masyarakat yang akan menggunakan alat transportasi tidak perlu datang ke stasiun atau Banhof untuk lihat jadwal, semua bisa dilihat via online internet. Melalui internet langsung bisa diketahui berapa lama sampai di tujuan, di mana halte terdekat, dalam menit berapa bus dan kereta datang, terus harus pindah di mana untuk sampai di tujuan, termasuk juga berapa menit harus tunggu transit, berapa menit dibutuhkan untuk jalan ke stasiun transit dan sebagainya.
Semuanya serba terprogram dengan jelas dan tepat waktu, jadi tidak jarang banyak pengguna transportasi musti lari-lari agar tidak ketinggalan, Aku jadi ingat ada film dari Jerman berjudul Run Lola Run!! rupanya cocok dengan budaya di sini. Seperti hari ini hampir saja aku bertubrukan karena berusaha mengejar kereta yang tinggal 2 menit lagi berangkat. Biasanya kereta hanya berhenti kurang dari semenit sekedar menurunkan dan menaikkan penumpang.
Alangkah menyenangkan ya jika fasilitas angkutan umum seperti ini juga ada di negara tercinta kita Indonesia. Angkutan yang bersih, nyaman, cepat, tepat waktu dan serba otomatis.
Kereta api di sini ada 2 macam, yang dalam kota dan antar kota. Yang beroperasi dalam kota namanya S Bahn-singkatan dari Schnell Bahn yang artinya kira-kira kereta cepat!! Kereta cepat dalam kota ini menggunakan tenaga listrik hampir mirip fungsinya dengan Pramex-Prambanan Ekspress atau KRL di Jakarta. Bedanya kereta di sini serba otomatis. Dengan menggunakan teknologi sentuh pintu terbuka dan akan menutup lagi dengan sendirinya. Begitu masuk kereta kesan bersih nyata, tidak terlihat adanya sampah dalam kereta, walalupun tidak tertulis jangan buang sampah sembarangan!
Dalam sistem angkutan umum di sini tidak ada kondektur dan petugas keamanan yang menenteng senjata untuk memeriksa tiket penumpang seperti di Indonesia. Tidak ada penumpang yang iseng ataupun nekat naik ke atas gerbong. Untuk yang satu ini orang Indonesia termasuk yang paling berani karena demi menghindari bayar tiket 2000 rupiah rela bertaruh nyawa!!.Di sepanjang peron terdapat alat untuk melobangi tiket, penumpang sendiri yang melakukannya dengan memasukan tiket ke dalamnya sampai terdengar suara cekrek!dan penumpang harus tahu batas berapa baris tiket yang harus dilobangi untuk suatu tujuan tertentu, tentunya dengan melihat daftar yang ada.
Tidak seperti di Indonesia sopir bis di sini semua berdasi dan rapi layaknya bekerja di dalam kantor. Dalam bis sopir bekerja sendiri, tidak ada kondektur atau kernet cari penumpang. Tidak diperlukan preman Timer seperti yang biasa kita lihat di Jogja dan kota lainnya. Bis berjalan tidak untuk menjaring penumpang melainkan mengikui jadwal semata! jadi pengguna yang diharuskan mengikuti jadwal yang ditetapkan tanpa kecuali.
Bis akan miring merendah jika pintu terbuka, memudahkan penumpang untuk turun seperti pak tukang becak yang menjungkitkan becaknya agar penumpang mudah untuk turun. Pintu masuk penumpang bis lewat depan dan pintu keluar ada di tengah-tengah lebarnya 2 pintu yang membuka secara bersamaan dan ada ruangan kosong di dalamnya untuk ruangan penumpang yang bawa sepeda atau yang menggunakan kursi roda bagi penyandang cacat. Di pintu masuk dan di tengah-tengah bis terdapat alat melobangi tiket.
Oya untuk urusan tiket ada 2 pilihan tiket langganan atau langsung. Untuk tiket langsung dapat dibeli di sebuah lemari otomatis, kita tinggal ketik nama tujuan terus masukin uang, akan keluar tiket dan bahkan uang kembalian!!Walaupun jarang sekali ada pemeriksaan tiket rata-rata penumpang sadar untuk beli tiket dan harus melobangi sendiri tiketnya. Penumpang yang tidak atau lupa tidak melobangi tiketnya tetap dikenai denda jika ketahuan dan statusnya sama dengan penumpang gelap. Dendanya tidak tanggung-tanggung..sangat besar jika di bandingkan harga tiket yang harus dibeli.. semua dipukul rata 40 euro! jika dalam satu tahun tertangkap 4 kali namanya langsung tercatat di buku besar polisi dan dikategorikan sebagai tindak kriminal!! sangat merugikan sekali yah apalagi harus bayar 160 euro hanya untuk jadi seorang kriminil.
Yang menarik ada banyak cara pemerintah kota mengerahkan personelnya untuk menjaring penumpang gelap. Caranya ada yang terbuka dan ada yang menyamar mirip intel untuk menjebak penumpang gelap...yang paling tragis adalah menggunakan nenek-nenek sebagai petugasnya. Banyak yang tidak menyangka kalau nenek-nenek bisa menjadi seorang petugas pemeriksa tiket. Modusnya dengan naik kereta seperti penumpang biasanya, kemudian baru di dalam kereta nenek petugas itu mengeluarkan tanda pengenal dan meminta semua penumpang untuk menunjukkan tiketnya. Sistem pembayaran denda tidak dengan bayar kas di tempat tapi dengan transfer bank. Tidak mungkin bisa seperti di Indonesia dulu misalnya bayar tiket di atas kereta api sama kondekturnya langsung dengan tawar menawar harga.
Di stasiun selalu terdapat layar monitor yang menampilkan jadwal 4 kereta ke depan yang akan lewat beserta tujuan dan berapa menit lagi akan sampai di stasiun itu. Ketika waktu di layar monitor menunjukkan angka 0 bisa dipastikan kereta berangkat, tak perlu menunggu penumpang yang sudah di depan pintu kereta. Contohnya seperti 3 hari yang lalu ketika aku ke kota ada 3 anak kecil kakak beradik yang berlarian masuk kereta karena kereta akan segera berangkat, dan kasihan sekali ketika yang dua sudah masuk kereta namun ternyata yang paling kecil mungkin usianya sekitar 5 tahunan belum sempat masuk dan pintu kereta tidak bisa dibuka lagi. Jadi stasiun berikutnya 2 kakaknya harus keluar untuk tunggu atau kembali dengan kereta yang berlawanan arah.
Dalam kota selain S Bahn terdapat U Bahn (Unter Bahn)yaitu kereta bawah tanah. Jadwalnya hampir setiap 5-10 menit melintas. Jalur-jalur kereta bawah tanah membelah seluruh kota Munich. Bisa dibayangkan seperti lobang-lobang rayap di dalam tanah. Saling silang tapi tidak sengkarut, sekali lagi semuanya rapi dan terjadwal.
Di stasiun yang terdapat pertemuan banyak jalur seperti di pusat kota tidak jarang rel kereta bertingkat-tingkat, dengan pintu masuk yang banyak, benar-benar rumit untuk dipikirkan, apalagi jika mengingat jalur kereta tersebut sudah mulai dibangun sebelum tahun 1972.
Tahun di mana diselenggarakannya Olimpiade Munich yang terkenal sekali dengan peristiwa penyanderaan atlet dari Israel yang berakhir tragis. Kalau kita perhatikan waktu pembangunan jalur kereta bawah itu hanya kurang dari 27 tahun dari berakhirnya perang dunia II yang memporakporandakan seluruh Eropa. Proses bangkitnya sebuah negara yang hancur akibat perang bersamaan dengan merdekanya Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945. Jadi kalau kita hitung sebenarnya waktu tumbuh bersamaan, kenapa negara kita selalu ketinggalan kali ini dalam setiap perkembangan??
sm

2 comments:

  1. Hi Mas Maryanto, saya rencana akan ke munich minggu ketiga agustus dan saat saya browsing info ttg sistem kereta api di munich saya mendapatkan info yg berharga dari blog anda.Sayang, belum puas saya membaca tulisan yg enak dibaca itu tiba tiba uda tamat. Please tambah info lagi sistem transportasi di munich.Terimakasih ya

    ReplyDelete
  2. wah terima kasih kembali, maaf saya sdh lama sekali tak online.. baru sekarang mau aktif lagi. semoga memang benar-benar aktif mulai tahun ini.. s.m.

    ReplyDelete