Sunday 15 November 2009

reborn..episode I

Tahun 1998 ketika reformasi mulai melanda di Nusantara tercinta, aku terlahir kembali. Agak terlambat memang tapi sepertinya memang harus begitu jalannya.

Umurku 21 tahun, setengah tahun menjelang piala dunia 1998di Perancis, aku bertolak dari kampung yang telah cukup mengajariku banyak hal. Kota kecil yang tanggung karena letaknya di antara 2 kerajaan besar hasil perjanjian Giyanti pada jaman kolonial. Tujuan ke Lampung, Sumatera atau bumi Andalas. menaiki bus kelas ekonomi dari Kartosuro, berdua dengan kawan yang pernah tinggal di sana tahunan silam. Ongkos tiket ke Lampung waktu itu 22.500 rupiah, sehari sebelumnya aku telah survey tiket termurah dari agen-agen yang agresif di terminal kartosuro.

Dari terminal Kartosuro bis berangkat jam setengah 2 siang. Kondisi di dalam bis seadanya, maklum kelas ekonomi, sebisa mungkin membawa penumpang sebanyak-banyaknya! jarak kursi jok dalam bus sangat sempit, padahal badanku termasuk pendek, lutut musti sedikit naik ke atas nempel di jok depan. Ada 6 baris di bus reyot itu, sesampainya di Bawen masih tambah penumpang padahal kursi telah isi semua, ternyata di lorong tengah ditambah kursi-kursi plastik atau yang kaki-kakinya telah berganti menjadi kayu
Keringat mengalir deras, maklum kelas ekonomi tak ada AC!
Suasana pengap ditunjang oleh panas udara tropis, dalam bus yang sudah karatan di sana-sini itu para penumpang berjubel bersanding dengan karung dan keranjang hasil bumi dan ditambah masih ada yang bawa ayam!!!
Ketika tanjakan bus merambat suaranya meraung-raung minta pensiun. Sesampainya di pelabuhan Merak, para penumpang bisa sedikit menghirup udara segar. kami para penumpang bis sdh tak perlu membei tiket kapal ferry lagi. waktu itu harga tiket menyeberang naik ferry 2.500 rupiah, dengan jangka tempuh 2,5 jam. Aku melihat atraksi yang mengharukan, di mana banyak anak-anak kecil menyelam di laut untuk mengambil koin uang recehan yang dilemparkan para penumpang ferry. Pengalaman pertama naik kapal laut!!

Sesampainya di pelabuhan Bakauheni kami para penumpang kembali masuk bis tua itu, seakan-akan kursi telah diberi nomor! kami pun kembali duduk di tempat semula..setelah sekitar 2,5 jam dari pelabuhan akhirnya sampai juga di Rajabasa, terminal induk kota lampung sang bumi Ruwa Jurai! 
Dari terminal Rajabasa yang terkenal paling sangar se tanah air, kami berdua naik minibus ke arah Metro yang dalam bahasa latin berarti ibu, di mana dulu kawanku pernah tinggal di sana. Begitu sampai di Metro para tukang ojek berlari dan mencoba bergelantungan di pintu bis untuk menawarkan jasa mereka!
Kami langsung menuju ke tempat kawanku dullu bekerja, ternyata tempat kerjanya udah tutup. Kemudian kami bergerak ke rumah-rumah yang masih diingat sebagai tempat tinggal kawan-kawan dari kawanku dulu, untung masih ada juga.. beruntung juga masih ada budaya berkunjung mendadak di tanah air, tanpa pemberitahuan dulu masih bisa diterima sebagai tamu.
Kami bertamu sebentar di satu tempat terus pindah ke tempat lainnya, para kenalan lama kenalan kawanku itu.
Tentang kota Metro, kesanku seperti bukan berada di Sumatera...hampir semua penduduknya berbahasa Jawa, ternyata dulu adalah daerah transmigrasi...makanya di daerah ini terdapat kampung-kampung yang bernama seperti di Jawa, khususnya daerah jawa tengah dan jawa timur sesuai kebanyakan para trans yang menghuni daerah itu. 
Lingkungannya kelihatan bersih dan terawat, jalanan aspal tampak lebih hitam dari pada di jawa, yang membelah rimbun hijau pepohonan sebagai penghubung desa-desa bekas transmigrasi.keseluruhan yang menghubungkan desa-desa, ada desa purwokerto, purwodadi, klaten, blora, dst.
Semalam menginap di Metro, esoknya menuju kota Tanjungkarang, lampung kota. Agak kompleks situasinya, karena teman yang didatangi kali ini seorang perempuan, punya pacar yang sedikit pencemburu. Apalagi kami berdua terpaksa menginap di sana selama 3 malam. Pada waktu siang kami jalan-jalan ke kota lampung, main ke perusahaan-perusahaan advertising yang kami ketahui dari lihat iklan koran setempat..Lampung Post.
Sampailah kami di sebuah perusahaan yang bernama Kharisma adv.
...bersambung...

No comments:

Post a Comment