Friday 23 April 2010

Dua Hari Bumi...


Fahrrad karena netral jenisnya maka harus ditulis das Fahrrad!..
Orang jawa sampai sekarang atau mungkin orang Indonesia lama menyebutnya pit, dari Fiets (Belanda) dan Fietse (jerman dialek utara), juga vélocipède (perancis).
Masih ada istilah lainnya dalam bahasa jawa yaitu Onthel, padahal onthel adalah nama kembang kluwih, sejenis woh-wohan jenis sukun yang dibuat sayur.
....teoriku sih begini...mungkin jaman duluuu sekali sepeda adalah sesuatu yang mewah jadi sesuatu yang dianggap keluwihan atau kelebihan uang...sehingga menjadi penanda status yang mapan, terus orang biasa mengambil istilah kembang kluwih untuk menamakan benda impian pada jaman itu...hehe..

Benda yang ditemukan manusia sejak abad 17 ini terus berkembang pesat teknologinya dan masih digunakan sampai sekarang, jamannya ukuran sesuatu yang luwih-lebih, keren, prestise dan mewah bukan lagi sepeda onthel.

Di kota Munich atau mungkin di sebagian besar kota-kota di Eropa, benda berkelamin netral ini masih menjadi pilihan transportasi penghuninya. Selain kesadaran kesehatan dan lingkungan, juga didukung fasilitas yang sangat memadai untuk para onthelis.
Jalur sepeda lus mulus ta iya.!...teriak bu baria penjual rujak serial si Unyil di TVRI.

Di pinggir kanan dan kiri jalan raya selalu ada jalan kecil, lebar 1 meter khusus sepeda. Jalur sepeda ini sejajar dengan jalur pejalan kaki yang agak sedikit lebar, selebar trotoar biasanya, mungkin 2-3 meteran. Beda antara 2 jalur itu jelas terlihat dari karakter materialnya, karena untuk pejalan kaki biasanya dipakai paving blok yang masih bisa menyerap air hujan, sedang jalur sepedanya seperti jalan aspal biasa. Selain itu di jalur sepeda pada beberapa tempat tercetak ikon orang bersepeda. Untuk pejalan kaki kiranya perlu ekstra hati-hati jika terpaksa harus melintasi jalur sepeda ini karena bisa saja dari belakang tiba-tiba ada sepeda yang ngebut....karena memang sudah haknya. Bisa dibayangkan sendiri bagaimana ritme penghuni sebuah kota yang dikejar waktu.

Tidak seperti peraturan plombeer di Indonesia yang sudah mulai tidak berlaku, seingatku selama hidup belum pernah beli itu yang namanya plombeer, dan selalu menghindari mokment atau razia pajak sepeda...hehe...di kota ini pengendara sepeda tetap dikenai peraturan selayaknya pemakai jalan raya lainnya. Lampu sepeda berfungsi, atribut mata kucing harus ada, rem dan sebagainya harus fit. Selain itu jenis SIM apapun yang dimiliki pengendara sepeda bisa dicabut jika (kendati hanya) melanggar aturan ketika sedang naik sepeda, aturan ini bahkan juga pejalan kaki!!! so aturan tetap jalan terus demi ketertiban. dan keamanan.

Pernah ada 2 orang temannya kawan pulang dari Oktober Fest, festival bier yang sangat terkenal di kota ini..2 teman kawan tadi sudah mabuk, pastilah... dari festival bier gitu loh...dan 2 teman tadi tetap saja naik sepeda, di tengah jalan distop pak polisi, terus disuruh tiup alat pengukur kadar alkohol..akhirnya kena straffe dan harus bayar denda 200 euro!
..ada lagi teman sekolah dari spanyol entah tergesa kenapa dan ada apa tiba-tiba udah nerabas alias nyelonong pas lampu merah...priiiiittt... memang lagi apes...polisi kok ya sedang ada di dekat situ, akhirnya temanku besoknya harus transfer 100 euro, tentu ke bendahara negara, bukannya ke nomor rekening pak polisi yang telah mengeluarkan tenaga sebul semprit.

Namun begitu pemakai sepeda di Munich masih banyak sekali, bahkan lebih banyak daripada Yogyakarta misalnya yang sempat dijuluki kota sepeda. Tanpa selalu dikampayekan seperti yang sering dilakukan kawan-kawan pejuang lingkungan hidup di Indonesia, ternyata benda netral yang bernama inggris bycycle ini tetap ada di setiap rumah, di daerah yang cuacanya tidak selalu akrab untuk pengendara sepeda ini, dan lagi aktif dipakai.
Sebenarnya agak aneh juga dipikir-pikir, tidak kurang bagaimana kreatifnya kawan-kawan pejuang lingkungan untuk mengajak orang kembali bersepeda di sebuah negara yang kebanyakan umatnya masih dibawah margins kemiskinan, tetap saja semakin lama malah semakin sedikit yang menggunakan sepeda. Kota sepeda motor akhirnya tepat menjadi julukan untuk kota-kota besar di Indonesia.
Semoga kawan-kawan aktivis lingkungan tidak akan lelah menggoes pedalnya setiap hari terutama ketika ada pawai peringatan hari tertentu, seperti yang baru saja lewat....
Adalah setiap 22 april sejak 1970, hari Bumi pertama kali dicanangkan senator Amerika Serikat Gavlord Nelson, untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap planet yang ditempati manusia ini.
Sedangkan sejak 1969 setiap 20 maret PBB mulai merayakan hari bumi, karena hari itu kata seorang aktivis John McConnell adalah hari di mana matahari tepat di atas khatulistiwa yang sering disebut Ekuinoks Maret.
Walaupun ada perbedaan tanggal perayaan, yang terpenting adalah efek positifnya dan tetap semangat demi selamatnya planet biru kita ini....
sm

No comments:

Post a Comment